Mama, hari ini entah untuk yang keberapa kali kah aku menjadi sebab dalam marahmu? Mama, detik ini entah untuk yang keberapa kali kah aku menjadi alasan dalam panjangnya rentetat omelanmu? Entahlah, aku juga tidak tahu ma.
Ma, entah berapa kali aku memohon maaf padamu? Maaf yang hanya akan mengulangi kesalahan berikutnya, kesalahan yang kulakukan secara sadar maupun secara tidak kusadari melukai perasaanmu.
Ma, umurku hampir 20 tahun. Namun aku masih saja selalu mengecewakanmu. Apapun yang kulakukan masih jauh dari kata memuaskan. Masih jauh dari kata menyenangkanmu. Masih jauh dari standar target yang menurutmu benar. Tapi tanpa engkau ketahui disini aku berusaha.
Ma, aku tahu aku masihlah seorang anak muda yang penuh dengan gejolak, terkadang ingin dianggap selalu benar, tapi aku selalu mendengarkan setiap nasihatmu meski terkadang aku terlihat seperti menutup mataku, telingaku, tapi tidak dengan hatiku, tanpa engkau ketahui dalam sunyi malam ku, aku terkadang menyeka air mata.
Ma, terima kasih sudah membawa aku kedunia ini, mengajari aku banyak hal, dari tahu menjadi tidak tahu, dari telapak tangan kecil menjadi besar, dari anak-anak kini aku dewasa, tapi aku belum cukup dewasa.
Ma, jangan lelah. Bila kau lelah, siapa lagi yang menjadi penguat kami? Bila harus pergi, biar aku saja. Aku tak cukup dibutuhkan, aku hanya merepotkan saja mungkin. Bila harus pergi, takkan ada yang menangisiku, temanku belum banyak, bahkan baktiku pun belum utuh untukmu. Bila umurku tak panjang lagi, izinkan kuselipkan namamu selalu dalam doaku agar Tuhan menjagamu dengan indah, wanita terhebatku. I love you, mom. :)