Coba perhatikan warna bibirku pada foto dibawah ini.
Menurut kalian, lipstik apa yang aku gunakan?
Wah, warnanya unik kan ya?
Gak ada nih warna begini di Indonesia.
Adanya lipstik di luar negeri, salah satunya merk make up forever punya shade lipstik dengan warna seperti di fotoku tersebut.
Tapi sumpah warna bibir di fotoku bukan dari lipstik mahal luar negeri ini.
Itu hanya hasil kreativitas gilaku saja.
Mau tau dari apa?
Itu liptint dari "Pewarna Makanan"
Simpel, murah, gila. Hahaha....
Berikut gambarnya,
Pewarna makanan cap kupu-kupu warna biru.
Yah, berhubung juga aku pengen banget punya lipstik warna biru, biar kayak bibirnya orang-orang barat itu, akhirnya terpenuhilah keinginanku berkat pewarna makanan ini. Tapi hati-hati, jangan dioles kebanyakan, karena bisa sampai mengenai gigi, dan susah buat hilangnya.
Silakan dicoba ya teman-teman, masih banyak warna lain, mulai dari yang normal seperti merah, oren, coklat, ataupun yang gila seperti biru dan hijau untuk dioleskan ke bibir.
Wah, sudah lama sekali rasanya aku tidak mengunjungi blog ku ini dan menulis-nulis ria. Memang, semenjak negara api menyerang, dunia menjadi sedikit berubah... Sehingga membuat blog ini sedikit usang dan berdebu. Jikalau melihat postingan-postingan yang ada beberapa waktu lalu di blog ini, terlihat melankolis dengan tulisan-tulisan berdasarkan isi hati. Hahahha...
Hari ini, Indah kembali hadir, dengan bahasan yang berbeda.
Hobi foto-foto sana sini bikin hobi wara-wiri semakin menjadi-jadi saja.
Dan, kali ini aku akan menceritakan pengalamanku kemarin saat pergi melakukan adventure ke Rasau Jaya, Kalimantan Barat, Indonesia pada 24 Januari 2016.
Photo by : Ajie Arief
Aku dan Ayahku bertolak dari Pontianak sekitar pukul 08.00 pagi menuju Rasau Jaya menggunakan kendaraan motor. Tujuan utama kami adalah bukit Ambawang yang hits dibicarakan oleh teman-teman tentang keindahan pemandangan yang bisa dilihat bila kita mendaki bukitnya.
Selama ini, banyak orag yang belum mengetahui dengan pasti lokasi dan keberadaan si bukit kece ini. Bahkan ada beberapa teman yang baru tahu kalau di Rasau itu ada bukit. Waduh... selama ini juga, belum ada yang memposting berita tentang akses ke bukit ambawang ini secara detil. Semoga informasiku ini bisa membantu teman-teman.
Bukit Ambawang sendiri adalah lokasi wisata hiking yang banyak diminati para pecinta alam di Kal-Bar, kebanyakan mereka datang dari Pontianak. Bukit Ambawang tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 400 mdpl, tetapi meskipun begitu, katanya di puncak bukit ini juga sering diselimuti kabut tebal. Di balik bukit ini juga terdapat air terjun Bujang Bahar (menurut saya lebih tepat disebut air pancuran), karena menurut salah seorang teman yang sudah pernah nyampai ke sana, aliran airnya memang sangat kecil dan tidak membentuk kolam di bawahnya. Tetapi, sensasi kesegaran air nya, tetap menyejukkan. Hehehehe....
Kami pun sampai di Rasau Jaya sekitar pukul 09.00. Selanjutnya, kami harus menyebrang sungai. Pada saat pergi itu, kami menyebrang menggunakan feri. Feri tersebut berjalan pukul 10.00, sehingga kami harus menunggu lagi, sambil menunggu, aku berfoto-foto saja sambil mengabadikan pemandangan cantik di seberang Rasau.
Selfie di atas Feri
Pemandangan bukit di seberang
Setelah menyebrang sekitar 5 menit, kami pun turun ke seberang. saat di persimpangan ke kubu, kami belok ke kanan untuk menuju ke arah jalan perkebunan sawit. Sebenarnya, lewat penyebrangan kapal klotok bintang mas lah yang sangat disarankan karena dari penyebrangan itu, kita bisa langsung dapat jalan ke arah menuju perkebunan sawit tersebut. Tak jauh dari penyebrangan bintang mas, kita ambil sedikit ke kanan, jalan tanah kuning yang besar.
Ikuti terus jalanan tanah kuning yang panjang ini, di kiri-kanan menghampar lautan pohon sawit, ada banyak simpang jalan-jalan kecil, tapi tidak usah dipedulikan, tetap ikuti saja terus jalanan sawit ini. sekitar 20 menitan yah tergantung laju kendaraan teman-teman, maka akan sampai di perempatan jalan, yang mana di arah kiri ada plang tulisan "Air Putih". Maka, berbeloklah ke sana, jangan lurus terus, karena akan tersesat sampai ke Bukit Natai. kemarin, aku dan ayah tersesat hingga ke kaki bukit natai, sempat berfoto-foto terlebih dahulu, kemudian memutuskan untuk berbalik arah lagi, menuju desa Air Putih.
Tersesat di kaki bukit Natai
Plang tulisan Desa Air Putih
Sekitaran kebun sawit ini memang sedikit membuat bingung perjalanan karena setiap gang tidak ada namanya, harus pandai-pandai bertanya kepada orang-orang yang lewat. Setelah masuk jalan ini, ikuti terus jalanan besarnya hingga ujung, maka akan menemukan perempatan lagi, ada petunjuk, ke bukit Ambawang belok ke kanan.
Disini kalian juga akan mengalami kebingungan karena ada banyak simpang kiri kanan yang membingungkan. tapi tidak usah dipedulikan, hitung saja hingga menemukan 5 pertigaan, kemudian ada pondok hujan, maka disarankan berbelok ke kanan, karena bila lurus, jalanan becek.
Nanti setelah itu, berbelok lagi ke kiri, ketika menemukan pertigaan lagi, ambil lurus saja, tak lama setelah itu, maka perkampungan warga di kaki bukit ambawang pun sudah nampak. Ikuti saja jalanannya, hingga kalian menemukan gapura bertuliskan "Wisata Air Terjun" seperti ini :
Wisata ini dikelola secara sederhana oleh warga setempat. Biaya masuknya, 1 orang 5 ribu, biaya parkir motor nya 10 ribu per motor. Baru-baru ini, jalanan untuk menanjak ke bukit telah dibuatkan undakan-undakan alias bertangga-tangga sehingga sedikit mempermudah kaki untuk mendaki walaupun tetap capek, karena semakin ke atas semakin curam dan licin karena sedang musim hujan. Hehehe..
Jujur ini merupakan pengalaman pertama aku mendaki bukit, tetapi bukan yang pertama untuk Ayah. Kemarin hari sudah siang, pukul 13.00 saat memulai mendaki, separuh jalan, aku melihat ada anak yang jatuh terguling dari atas karena turun bukit sambil bergurau-gurau. untung saja dia hanya mengalami sedikit luka di lengannya. Hal itu membuat jantungku semakin takut saja, dengan rute jalan yang sudah semakin curam, akhirnya aku memutuskan untuk mengajak Ayahku turun saja. Ayah hanya tertawa sambil sedikit mengejekku. Semoga lain waktu nanti ada kesempatan lagi dan mental serta fisikku lebih kuat lagi untuk menaklukkan bukit Ambawang ini. Because, actually i'm still curious.
Dari ketinggian kira-kira 250 meter di atas permukaan laut saja, rasanya sudah tinggi diatas awan. melihat pemandangan sawah dan barisan kebun sawit yang terhampar hijau serta langit yang terasa dekat, membuat aku merasa sangat bersyukur atas nikmat Allah yang memberikan alam yang begitu indah ini. Walau capek, tapi semua itu dibayar dengan pengalaman baru yang tak tergantikan untuk hidupku. hahaha....
Pukul setengah 3 sore kami pun sudah sampai lagi di kaki bukit Ambawang dan bertolak untuk pulang. Saatnya merasakan sensasi menaiki motor klotok, kami pulang melalui penyebrangan motor klotok Bintang Mas, tarifnya juga sangat murah, hanya 5 ribu per motor. Setelah barisan motor penuh, motor klotok pun berlayar hingga ke seberang.....
Untuk lebih jelasnya, silakan menonton video yang sudah saya unggah ini, semoga teman-teman suka. tapi maafkan keamatiran videonya, hehehe.
Oke teman-teman.
Sampai jumpa pada trip dan adventure berikutnya.
Tetap explore dan jangan lupa jaga lingkungan. ^_^
Mama, hari ini entah untuk yang keberapa kali kah aku menjadi sebab dalam marahmu? Mama, detik ini entah untuk yang keberapa kali kah aku menjadi alasan dalam panjangnya rentetat omelanmu? Entahlah, aku juga tidak tahu ma.
Ma, entah berapa kali aku memohon maaf padamu? Maaf yang hanya akan mengulangi kesalahan berikutnya, kesalahan yang kulakukan secara sadar maupun secara tidak kusadari melukai perasaanmu.
Ma, umurku hampir 20 tahun. Namun aku masih saja selalu mengecewakanmu. Apapun yang kulakukan masih jauh dari kata memuaskan. Masih jauh dari kata menyenangkanmu. Masih jauh dari standar target yang menurutmu benar. Tapi tanpa engkau ketahui disini aku berusaha.
Ma, aku tahu aku masihlah seorang anak muda yang penuh dengan gejolak, terkadang ingin dianggap selalu benar, tapi aku selalu mendengarkan setiap nasihatmu meski terkadang aku terlihat seperti menutup mataku, telingaku, tapi tidak dengan hatiku, tanpa engkau ketahui dalam sunyi malam ku, aku terkadang menyeka air mata.
Ma, terima kasih sudah membawa aku kedunia ini, mengajari aku banyak hal, dari tahu menjadi tidak tahu, dari telapak tangan kecil menjadi besar, dari anak-anak kini aku dewasa, tapi aku belum cukup dewasa.
Ma, jangan lelah. Bila kau lelah, siapa lagi yang menjadi penguat kami? Bila harus pergi, biar aku saja. Aku tak cukup dibutuhkan, aku hanya merepotkan saja mungkin. Bila harus pergi, takkan ada yang menangisiku, temanku belum banyak, bahkan baktiku pun belum utuh untukmu. Bila umurku tak panjang lagi, izinkan kuselipkan namamu selalu dalam doaku agar Tuhan menjagamu dengan indah, wanita terhebatku. I love you, mom. :)
Kadang, ada gugusan kata-kata yang terlalu mudah untuk dihambur-hamburkan tanpa berfikir apa yang akan terjadi setelah itu, banyak mereka yang terlepas.
Kadangkala juga terlalu banyak dan rumitnya hanya untuk menyampaikan kalimat-kalimat yang membuncah didada yang memenuh sesakkan pikiran. Ketika terucap, entah mungkin salah penyampaian, salah susunan kata, si pendengar seperti tidak terima, langsung memotong pembicaraan, menyimpulkan sekenanya semaunya, mungkin marah, tersinggung, tanpa mau mendengarkan penjelasan selanjutnya.
Mungkin begitulah, konflik antara orang tua dan anak yang sering terjadi di kalangan kita, bahkan termasuk penulis sendiri, Terkadang orang tua memiliki jalan pikiran yang berbeda dengan anaknya, begitupun kami sebagai anak yang juga memiliki jalan pikiran yang tak sejalan dengan orang tua kami. Banyak konflik terjadi hanya tersulut oleh hal-hal kecil, hal-hal yang harusnya tidak menjadi besar, hal-hal yang hanya diakibatkan sebuah kesalahpahaman kecil. Rasa ego masing-masing pihak yang susah dicairkan pun turut menjadikan kerumitan dalam memecahkan masing-masing rasa.
Biar bagaimanapun kita sebagai anak akan tetap kalah, percuma membela diri, Orang tua lebih tahu. Meski kau ingin membela diri, meski kau ingin menyampaikan maksud yang bukan seperti yang ditangkap oleh orang tua, meski kau berusaha menjelaskannya lagi. Orang tua lebih tua, kau hanya anak kecil ingusan yang masih hijau yang belum puas makan asam garam pahitnya kehidupan dunia.titik.
Maafkan aku ma, maafkan aku yah.
Inilah anakmu dan segala kekurangannya, inilah anakmu dengan segala kapasitasnya. Inilah anakmu yang mungkin sampai detik ini masih belum bisa menjadi seperti yang kalian harapkan. Inilah anakmu yang takkan pernah mampu membalas jasa kebaikanmu. Inilah anakmu yang dalam diamnya, diam-diam mendoakan agar kalian selalu sehat, panjang umur, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Inilah anakmu yang masih sangat-sangat membutuhkan kalian. Inilah anakmu yang ingin membuktikan bahwa diri ini bisa sukses dan membahagiakan kalian kelak.
Mungkin aku terkadang egois, mungkin aku terkadang tidak mau mendengarkan apa yang kalian ucapkan, iya aku sudah dewasa tapi tidak cukup dewasa, masih labil. Mungkin juga terkadang aku melanggar kata-katamu ma, yah. Tapi.. tapi.. percayalah. I love you so so so much mom dad. :*
Dada ini semakin sesak saja rasanya, bulir-bulir air mata jatuh karena tak tahu lagi harus bercerita pada siapa, bahkan pada kalian para pembaca setiaku. Kadang hanya aku dan diriku yang mampu menterjemahkan apa yang kurasa. Terlalu rumit untuk diungkap, karena yang terjadi tak sekedar ini, karena yang dialami tak sesimple sebuah tulisan. Terima kasih, selamat malam. :')
A baby girl was born, named Nur Indah Permatasari.
And today, August, 14th 2014, i'm still alive and get my 19 years old.
I'm so happy and thankfull to God.
The unforgettable moment, i invite some best friend to celebrate my day, and unbelievable, they bring me delicious chocolate cakes beside my mom give me also a "Kue Lapis". ( Nanti kita bahas di postingan berikutnya yaaaa tentang mereka )
Also, best friends and best buddies one by one send their wish to me, they pray the best for me via social media, and sms also BBM.
Of course i never wanna forget them, whatever it is only a word, and only a sentences, i take a picture to memorize their wish. Hoping God will fulfilled it.
Now, let's see several from them who remember my birthday and also my important friends. ^_^
Continue..
Again from my twins, hhaha we borned in the same place and in the same date. She just older than me for hours.
And then from my family...
And continue to other best friends too...
Actually there is still too much wish from other friends to me, but it is impossible to me to write it all in here. hehehehe but THANK YOU SO MUCH ALL. Muach :*
Alhamdulillah, pagi ini dapat kuhirup lagi aroma pagi yang masih dingin dilapisi embun dan semburat cahaya mentari pagi yang baru akan terjaga. Hari ini usia ku sudah bertambah satu tahun lagi, 19 tahun sudah menjejaki bumi, sungguh tidak terasa. :)
Selamatan kecil-kecilan dan ucapan serta doa dari teman-teman pun mengalir berdatangan ( akan dibahas di postingan berikutnya ). Terima kasih semuanya, aminnn aminnn :)
Terima kasih yang paling utama kepada-Mu Ya Allah untuk kemurahan hati mu masih memberikan aku nafas kehidupan, kesehatan lahir dan batin, keluarga yang lengkap, dan kebahagiaan yang utuh.
Setahun lalu, umur 18 kuakui umur yang terberat bagiku selama hidup ini. Banyak guncangan-guncangan disana. Mulai dari susahnya masuk universitas, gagalnya tes-tes yang diikuti, sampai-sampai mama yang sakit selama setahun belakangan ini, sungguh terlalu berat untuk diceritakan. Rasanya tak ingin lagi terulang. Namun, banyak kupetik hikmah yang ditorehkan Allah dibalik semua kisah itu.
Dan semakin mendekati detik-detik pertambahan umur, mama semakin pulih dan perlahan membaik. Sungguh kebahagiaan terasa utuh kembali.
Kini di tengah malam yang sunyi ini, di detik-detik terakhir hari lahirku ini, aku memanjatkan doa kepada Sang Illahi.
Ya Allah, panjangkan lah umur kedua orang tua ku dan adikku, sehatkan lah selalu mereka, murahkan lah rezeki mereka. Bantulah aku menjadi seorang anak yang nanti mampu mengukir senyum di wajah mereka, yang membanggakan, yang sesuai seperti apa yang mereka harapkan. Aku tak ingin mengecewakan mereka.
Ya Allah, terima kasih juga engkau telah mengirimkan aku sahabat-sahabat yang terbaik, yang selalu menemani dikala aku sedang susah, sejatinya teman memang seperti itu, mereka rela berkorban waktu dan tenaga untukku. Ah salut, rasanya aku pun belum mampu berbuat seperti mereka jika ada sahabat yang kesusahan.
Ya Allah, di umur ke-19 ini, akan ada banyak rintangan hidup yang berbeda hadir di setiap detik, menit, jam ku. Bantu aku melewatinya dengan baik.